Perbandingan bone conduction pada penderita otitis media supuratif kronik dengan kolesteatoma dan tanpa kolesteatoma
DOI:
https://doi.org/10.32637/orli.v48i1.252Keywords:
kolesteatoma, bone conduction, gangguan fungsi koklea, OMSK, cholesteatoma, impaired cochlear function, CSOMAbstract
Latar Belakang: Beberapa peneliti melaporkan adanya sensorineural hearing loss (SNHL) yang dapat terjadi bersamaan atau sebagai sekuele dari Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK), yang menunjukkan adanya gangguan fungsi koklea. Kolesteatoma diduga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya gangguan fungsi koklea pada OMSK. Tujuan: Membandingkan bone conduction (BC) penderita OMSK dengan kolesteatoma dan tanpa kolesteatoma. Metode: Penelitian crosssectional analitik dari data rekam medik penderita OMSK dengan dan tanpa kolesteatoma yang telah dilakukan mastoidektomi di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya pada Januari 2014 hingga November 2016, dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ketat. Dicatat nilai BC sebagai cerminan fungsi koklea, dan ada tidaknya kolesteatoma durante operasi. Durasi otore merupakan faktor perancu dalam perhitungan statistik. Hasil: Dari 111 rekam medik penderita OMSK didapatkan 57 dengan kolesteatoma dan 54 tanpa kolesteatoma. Bone conduction pada penderita OMSK dengan kolesteatoma didapatkan lebih tinggi di semua frekuensi dan paling tinggi di frekuensi 4000 Hz. Uji statistik dengan multiple regression dengan tingkat kemaknaan (α) sebesar 0,05 mendapatkan hasil rerata (mean) BC OMSK dengan kolesteatoma (28,6 dB HL) signifikan lebih tinggi dibandingkan tanpa kolesteatoma (17,3 dB HL) dengan p=0,002. Sementara itu, pada durasi otore tidak didapatkan hasil yang signifikan (p=0,398). Kesimpulan: Penderita OMSK dengan kolesteatoma memiliki BC lebih tinggi dibandingkan tanpa kolesteatoma.
ABSTRACT
Background: Some researchers had reported the presence of sensorineural hearing loss (SNHL) which may occur simultaneously or as a sequel of Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) which is indicating impaired cochlear function. Cholesteatoma is suspected to be one of the risk factors for impaired cochlear function in CSOM. Objective: Comparing bone conduction (BC) of CSOM with and without cholesteatoma patients. Method: This was a crossectional analytic study using medical record data of CSOM patients with and without cholesteatoma who underwent mastoidectomy in Dr. Soetomo Hospital from January 2014 to November 2016, with strict inclusion and exclusion criteria. The BC level was recorded as a reflection of cochlear function, and the presence or absence of cholesteatoma during surgery. The otore duration was put down as a confounding factor in statistical calculations. Result: From 111 medical records of CSOM patients were found 57 with cholesteatoma, and 54 without cholesteatoma. Bone conduction in CSOM patients with cholesteatoma is higher in all frequencies and the highest at 4000 Hz. Statistical test using multiple regression with significance level (α) p= 0.05, revealed the BC mean result of CSOM with cholesteatoma (28.6 dB HL) was significantly higher than on CSOM without cholesteatoma (17.3 dB HL)(p=0.002). Meanwhile the otore duration did not reveal a significant result (p=0.398). Conclusion: CSOM patients with cholesteatoma had a higher BC than those without cholesteatoma.