Perbandingan efektivitas beberapa pelarut terhadap serumen obturans secara in vitro di Makassar
DOI:
https://doi.org/10.32637/orli.v42i1.35Abstract
Background: Cerumen obturans is a pahtological condition which is not harmful to the patients but could cause ear numbness sensation, earache, hearing impairment, deafness and decreasing the quality of life. Purpose: The objective of the study was to compare the effectiveness of six solvents, which were aquadest, NaCl 0,9%, coconut oil, olive oil, carboglycerin 10% and sodium docusate 0,5% againts cerumen obturans by means of in vitro study and to know the most effective contact duration of a solvent to liquefy cerumen. Method: The study is a laboratory experimental by using 30 specimens of solid cerumen, each weight 40 mg. The cerumen liquefaction was measured by Spectronic 21 spectrophotometer. The effectiveness of the solvents were tested with One Way Anova with alfa <0,05. Result: The spectrophotometer showed significant differentiations of effectiveness of the solvents in the 20th , 25th and 30th minutes, only in aquadest and NaCl 0,9% againts coconut oil dan olive oil. The effective duration of contact by in vitro study was = 20 minutes and tend to increase up till 30 minutes. In the 20th and 25 minutes, NaCl 0,9 % was the most effective solvent, while aquadest was most effective in the 30ththPerbandingan efektivitas beberapa pelarut minutes. Olive oil and coconut oil are less effective solvents. Conclusion: Water-based solvents were found more effective than lipid-based solvents.Key words: cerumen solvents, cerumen obturans, in vitro
Abstrak :
Latar belakang: Serumen obturans merupakan suatu keadaan patologis yang tidak membahayakan jiwa tetapi dapat mengakibatkan rasa penuh di telinga, nyeri, gangguan pendengaran dan ketulian serta penurunan kualitas hidup. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas enam pelarut yaitu aquadest, NaCl 0,9%, minyak kelapa, minyak zaitun, karbogliserin 10% dan sodium dokusat 0,5% terhadap serumen obturans secara in vitro serta untuk mengetahui lama waktu kontak yang paling efektif suatu pelarut terhadap kelarutan serumen. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium dengan menggunakan 30 spesimen serumen obturans yang telah dipadatkan dengan berat masing-masing 40mg. Kelarutan serumen diukur menggunakan spektofotometer Spectronic 21. Perbandingan efektifitas pelarut diuji dengan menggunakan uji One Way Anova dengan alfa <0,05. Hasil: Didapatkan hasil bahwa efektivitas pelarut yang berbeda bermakna didapatkan pada menit ke-20, ke-25 dan ke-30 hanya antara aquadest dan NaCl 0,9 % terhadap minyak kelapa dan minyak zaitun menggunakan spektofotometer. Waktu kontak yang efektif secara in vitro adalah = 20 menit dan cenderung meningkat sampai batas 30 menit. Pada menit ke-20 dan ke-25, NaCl 0,9% merupakan pelarut paling efektif sedang pada menit ke-30 paling efektif adalah aquadest. Minyak zaitun dan minyak kelapa merupakan pelarut yang efektivitasnya paling rendah. Kesimpulan: Pelarut berbasis air lebih efektif dibanding pelarut berbasis lemak.
Kata kunci: Pelarut serumen, serumen obturans, in vitro
Downloads
Download data is not yet available.
Downloads
Published
2012-06-01
Issue
Section
Research Report