Labyrinthine fistula size as a prognostic factor for postoperative hearing deterioration
DOI:
https://doi.org/10.32637/orli.v51i2.497Keywords:
chronic suppurative otitis media (CSOM), cholesteatoma, labyrinthine fistula, fistula sizeAbstract
ABSTRACT
Background: A labyrinthine fistula is an abnormal opening in the bony capsule of the inner ear, such as cochlea or semi-circular canals that may occur as a complication of chronic suppurative otitis media (CSOM) with cholesteatoma. Purpose: To find out the relation of the size of labyrinthine fistula as a prognostic factor of hearing deterioration after a complete cholesteatoma removal. Case report: Two cases of labyrinthine fistula in CSOM with cholesteatoma, along with preoperative and postoperative audiometry results. Clinical question: Does the labyrinthine fistula size in CSOM with cholesteatoma patients could serve as a prognostic factor in the postoperative hearing outcome? Review method: A structured, evidence-based literature search using Pubmed, Proquest and Cochrane to find studies of labyrinthine fistula as a complication of CSOM. The articles were selected based on eligibility criteria i.e. surgery procedure, labyrinthine fistula measurement, and postoperative evaluation of hearing function. The appraisal of each article used Oxford critical appraisal independently for prognostic study and systematic review. Result: Two studies met the inclusion criteria. One article used cohort retrospective method valid based on appraisal for prognostic studies. The other article used a systematic review method which had low validity. Conclusion: Fistula size is still debatable as a postoperative prognostic factor for hearing deterioration in CSOM with cholesteatoma. Larger sample size and better methods of study are necessary to resolve the clinical question.
Keywords: chronic suppurative otitis media (CSOM), cholesteatoma, labyrinthine fistula, fistula size
ABSTRAK
Latar belakang: Fistula labirin adalah terbukanya dinding tulang pada koklea atau kanalis semisirkularis yang merupakan suatu komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe bahaya. Tujuan: Untuk menjawab pertanyaan klinis terkait hubungan antara ukuran fistula labirin dengan prognosis penurunan pendengaran pasca operasi pengangkatan kolesteatoma. Laporan kasus: Dua kasus fistula labirin pada penderita OMSK tipe bahaya, disertai dengan hasil pemeriksaan audiometri pendengaran sebelum dan sesudah operasi. Pertanyaan klinis: Apakah ukuran fistula labirin pada kasus OMSK dengan kolesteatoma dapat menjadi faktor penentu prognosis untuk hasil pemeriksaan pendengaran pasca operasi? Telaah literatur: Pencarian literatur berbasis bukti menggunakan Pubmed, Proquest dan Cochrane terkait fistula labirin pada kasus OMSK. Kriteria inklusi studi berdasarkan teknik operasi, ukuran fistula dan evaluasi pendengaran pasca operasi. Metode Oxford critical appraisal digunakan untuk studi prognosis pada satu artikel, dan digunakan systematic review untuk artikel lainnya. Hasil: Dari pencarian literatur terdapat dua artikel yaitu studi kohort retrospektif, dan systematic review yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil telaah literatur menunjukan bahwa study kohort retrospektif memiliki validitas cukup baik, sedangkan studi systematic review memiliki validitas yang kurang baik. Kedua artikel ini memiliki hasil yang berbeda dalam hubungan ukuran fistula labirin dengan prognosis penurunan pendengaran pasca operasi. Kesimpulan: Ukuran fistula sebagai faktor prognosis penurunan pendengaran pasca operasi pada kasus OMSK tipe bahaya masih memerlukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak, dan metode yang lebih baik untuk dapat menjawab pertanyaan klinis.
Kata kunci: otitis media supuratif kronik (OMSK), kolesteatoma, fistula labirin, ukuran fistula